Membebaskan Utang dengan Bayar Zakat
Jika saya memiliki piutang di tempat orang lain, sudah ditagih beberapa kali tapi tidak bisa bayar, dan bulan ini saya ingin membayar zakat senilai 2jt. Bolehkah saya sampaikan ke orang yang utang itu bahwa utangmu sudah lunas, krn ditutupi dg zakat saya.. shg sy tdk perlu mengeluarkan uang 2 jt.
Mohon pencerahannya
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam banyak tentang zakat, Allah menegaskan bahwa zakat itu memberi, sehingga ada unsur mengeluarkan sesuatu. Diantaranya, firman Allah,
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ
“Tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat…” (QS. al-Baqarah: 43).
Di ayat yang lain, Allah berfirman,
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ
“Yaitu orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat..” (QS. al-Maidah: 117).
Dan ayat yang semisal dengan ini sangat banyak. Disebut menunaikan, karena ada yang dikeluarkan. Sementara mendiamkan uang yang ada di tempat orang lain, tidak termasuk mengeluarkan.
Kembali kepada kasus yang ditanyakan.
Untuk memahami contoh kasusnya, kita simak ilustrasi berikut,
Di tahun 2010, Paijo pernah memberi utang ke Bejo senilai 3jt. Hingga 2017, Bejo belum mampu untuk membayarnya sepeserpun. Di tahun 2017, Paijo menghitung hartanya untuk zakat. Nilai zakat yang harus dibayarkan Paijo adalah 2,8jt. Bolehkah piutang Paijo pada Bejo dijadikan sebagai zakat?, sehingga utang Bejo diputihkan.
Kasus semacam ini pernah ditanyakan ke Syaikh Ibnu Jibrin – rahimahullah –.
Jawaban beliau,
الصحيح أنه لا يجوز إسقاط الدين الذي في ذمة الغريم عند اليأس منه أو تأخره. مع نية احتسابه من الزكاة، لأن الزكاة مال يدفع إلى الفقراء لفقرهم وحاجتهم، لكن لو أعطي من الزكاة فردها على أهلها وفاء لما في ذمته جاز ذلك، إن لم يكن هناك قصد أو محاباة
Yang benar, memutihkan utang yang menjadi tanggungan debitor, ketika tidak ada harapan bisa kembali, sementara masih ditagih, tidak boleh dijadikan sebagai zakat. Karena zakat itu menyerahkan harta kepada orang yang tidak mampu, karena dia membutuhkan. Namun, jika orang ini diberi zakat, lalu dia kembalikan ke muzakki sebagai pembayaran utang, hukumnya boleh. Selama tidak dimaksudkan di awal, atau ada kesepakatan di depan. (Fatawa Ibnu Jibrin, volume 31 – no. 6)
Keterangan lain disampaikan Imam Ibnu Utsaimin,
ثبت في الصحيحين من حديث عبد الله بن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لمعاذ بن جبل حين بعثه إلى اليمن : ( أعلِمهم أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم تؤخذ من أغنيائهم فتردّ على فقرائهم ) فبيّن صلى الله عليه وسلم أن الزكاة شيء يؤخذ فيُردّ ، وعلى هذا فلا يجوز لك أن تسقط ديناً عمن هو عليه وتعتبره من الزكاة ، لأن إسقاط الدين ليس بأخذ وردّ .
وقد ذكر شيخ الإسلام هذه المسألة وقال : إنه لا يُجزئ إسقاط الدين عن زكاة العين بلا نزاع . ولكن لك أن تعطي هذا المحتاج من زكاتك وتسد حاجته بما تعطيه من هذه الزكاة ، والدين الذي عليه يأتي به الله إن شاء الله فيما بعد .
Dari kasus Paijo dan Bejo,
Paijo boleh saja memutihkan utang Bejo senilai 3jt, namun tidak boleh dihitung sebagai pembayaran zakat. Karena zakat itu bentuknya menyerahkan, dan bukan mendiamkan uang. Namun, jika Paijo membayar zakat senilai 2,8jt, lalu Bejo membayar utangnya 2,8jt ke Paijo, hukumnya dibolehkan, selama tidak ada kesepakatan.
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/30937-membayar-zakat-dalam-bentuk-pembebasan-utang.html